PKBM SILOAM – Pernah nggak, merasa seperti 24 jam dalam sehari tuh nggak cukup? Saya dulu sering banget. Kalau dipikir-pikir, di sekolah kita diajarin banyak hal—matematika, sejarah, bahkan cara bikin eksperimen dengan baking soda. Tapi soal manajemen waktu? Nggak ada satu pun guru yang ngajarin. Jadi, akhirnya kita belajar sendiri… dengan cara yang kadang bikin frustrasi.
Waktu pertama kali saya kerja dari rumah, saya pikir, “Ah, enak banget, nih. Fleksibel! Bisa kerja kapan aja.” Tapi kenyataannya? Berantakan. Saya bangun telat, kerja sambil scrolling media sosial, terus ujung-ujungnya panik karena deadline sudah di depan mata. Saya nggak tahu kapan harus fokus, kapan harus istirahat, dan akhirnya kerjaan saya jadi setengah-setengah.
Dari situ, saya sadar: manajemen waktu itu penting banget. Bukan cuma soal bikin to-do list atau pasang alarm (walaupun itu membantu), tapi juga soal gimana kita memahami diri sendiri dan kebiasaan kita.
Salah satu hal pertama yang saya lakukan adalah mencoba teknik “time blocking”. Saya baca tentang ini dari sebuah artikel produktivitas, dan awalnya skeptis banget. Masa iya, harus ngeblok waktu buat tiap aktivitas? Tapi ternyata, ini life-changing. Contohnya, saya alokasikan waktu khusus buat nulis dari jam 9 pagi sampai 11 siang, dan nggak ngelakuin apa-apa selain itu. Sosmed? Bye. Email? Nanti aja. Dengan cara ini, saya tahu persis kapan harus fokus dan kapan bisa istirahat.
Tapi ada satu trik yang lebih mengejutkan lagi: belajar bilang “tidak.” Ini pelajaran yang susah banget buat saya karena, jujur, saya tipe orang yang sering merasa harus “iya” ke semua orang. Bos minta lembur? Oke. Teman minta bantuin presentasi? Bisa. Ujung-ujungnya, saya yang stres sendiri. Belajar untuk mengutamakan hal-hal yang penting buat saya—bukan buat orang lain—adalah langkah besar. Kalau nggak prioritas, ya, saya tolak dengan sopan.
Oh, dan satu hal lagi yang nggak pernah diajarkan di sekolah: istirahat itu produktif. Serius, nggak ada gunanya kerja terus-menerus sampai otak kita lelah. Saya sekarang coba metode “Pomodoro”—kerja 25 menit, istirahat 5 menit. Ajaib banget! Saya jadi lebih fokus dan nggak gampang capek.
Tentu, saya nggak sempurna. Ada hari-hari di mana saya masih scroll TikTok sampai lupa waktu, atau ngerasa overwhelmed karena daftar tugas yang panjang banget. Tapi itu wajar. Yang penting adalah kita terus belajar dan mencoba berbagai cara sampai menemukan metode yang pas buat kita.
Kalau dipikir-pikir, belajar manajemen waktu ini mirip kayak nyetir mobil pertama kali. Awalnya kagok, sering salah belok, bahkan mungkin panik di jalan. Tapi makin sering dicoba, makin terasa natural. Jadi, kalau kamu masih struggling, jangan putus asa. Semua orang juga butuh waktu untuk belajar mengelola… waktu.
Dan, siapa tahu, mungkin suatu hari nanti sekolah bakal mulai ngajarin ini. Tapi, sampai saat itu tiba, kita harus cari tahu sendiri. 😉