Banjir Rob Adalah: Fenomena Pasang Air Laut

Banjir Rob

PKBM SILOAM – Saya masih ingat pertama kali mendengar istilah “banjir rob”. Jujur, waktu itu saya berpikir, “Apa sih bedanya banjir biasa sama yang ini?” Tapi, setelah merasakannya langsung beberapa tahun lalu di kota pesisir tempat saya tinggal, semuanya jadi jelas. Ini bukan cuma soal air menggenangi jalan, tapi juga dampaknya yang bikin pusing—terutama buat warga yang tinggal di daerah rendah dekat pantai.  

Banjir rob itu, kalau dijelaskan secara sederhana, adalah banjir yang disebabkan oleh air laut yang pasang. Biasanya terjadi di daerah pesisir saat air laut naik ke daratan, sering kali lebih tinggi dari biasanya. Kalau pasang ini bertepatan dengan hujan deras atau badai, siap-siap aja situasi jadi kacau. Bayangin air laut masuk ke rumah, dicampur air hujan, terus nggak ada saluran pembuangan yang cukup untuk mengalirkan semuanya. Hasilnya? Genangan yang susah banget surut.  

Waktu itu, saya tinggal di daerah utara Jawa, salah satu wilayah yang sering banget kena banjir rob. Paginya cerah, tapi pas sore hari, air laut mulai naik. Awalnya, cuma genangan kecil di jalan. Saya masih santai, mikir bakal surut sendiri. Eh, ternyata salah besar. Tengah malam, air udah masuk ke halaman rumah. Rasanya kaget banget, karena saya nggak nyangka air bisa naik secepat itu.   

Satu hal yang saya pelajari: banjir rob itu nggak bisa diremehkan. Selain bikin aktivitas terganggu, air asin dari laut bisa merusak banyak hal. Barang elektronik, perabot kayu, bahkan tanaman di kebun jadi korban. Dan yang lebih parah, setelah air surut, ada lapisan tipis garam di mana-mana. Itu bikin lantai jadi lengket dan butuh ekstra tenaga buat bersihinnya.  


Nah, setelah kejadian itu, saya mulai cari tahu gimana sebenarnya banjir rob ini terjadi. Ternyata, ada beberapa faktor yang memengaruhinya. Salah satunya adalah gravitasi bulan. Jadi, saat bulan purnama atau bulan baru, gravitasi bulan menarik air laut lebih kuat, yang bikin pasang lebih tinggi dari biasanya. Ditambah lagi, perubahan iklim memperparah situasi. Permukaan laut yang terus naik bikin banjir rob makin sering terjadi, terutama di kota-kota pesisir seperti Semarang, Jakarta Utara, atau Pekalongan.  

Tips saya buat teman-teman yang tinggal di daerah rawan banjir rob: pertama, selalu pantau informasi pasang surut air laut. Biasanya, BMKG punya data yang cukup akurat soal ini. Kedua, coba angkat barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi, terutama kalau prediksinya air bakal naik. Ketiga, investasikan di tanggul sederhana atau sekat di depan pintu untuk mencegah air masuk langsung ke rumah.  

Ada juga warga di daerah saya yang mulai pakai teknologi sederhana, kayak pompa air otomatis. Kalau air mulai naik, pompa langsung menyedot air keluar rumah. Memang nggak sepenuhnya efektif kalau airnya terlalu tinggi, tapi setidaknya membantu mengurangi genangan.  

Dan yang paling penting, kita harus sadar bahwa banjir rob ini bukan cuma masalah lokal. Perubahan iklim adalah ancaman global yang memengaruhi semua orang. Jadi, walaupun solusi jangka pendek itu penting, kita juga perlu dukung langkah-langkah besar seperti pengurangan emisi karbon dan restorasi ekosistem pesisir, kayak mangrove.  

Kadang saya mikir, kalau banjir rob bisa terus jadi agenda diskusi yang serius, mungkin masa depan kota-kota pesisir akan lebih baik. Karena, jujur aja, nggak ada yang mau terus-terusan hidup dalam ketidakpastian kapan air laut akan masuk ke rumah, kan?  

Updated: Desember 15, 2024 — 7:28 pm

Tinggalkan Balasan